Selasa, 20 Maret 2012

Serangan Serangga Tomcat (Rove Beetles) Menyebabkan Paederus Dermatitis / Rove Beetle Dermatitis



Dinkes Waspadai Serangan Tomcat SUPRATMAN,(GM)- Masyarakat Kota Bandung diimbau untuk mewaspadai kemungkinan timbulnya serangan serangga tomcat (Coleoptera staphylinidae). Serangga beracun ini belum ditemukan di Kota Bandung, kecuali di Kota Surabaya. Kepala Dinkes Kota Bandung, Ahyani Raksanagara menuturkan, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan adanya serangan serangga tersebut. Kendati demikian, semut bersayap yang seharusnya memiliki habitat di sawah padi itu bukan tidak mungkin menyerang Kota Bandung. "Sampai saat ini memang belum ada laporannya. Tapi kami imbau masyarakat untuk mewaspadainya," tutur Ahyani. Masyarakat yang patut meningkatkan kewaspadaan, yaitu mereka yang tinggal di dekat area persawahan. Pasalnya, habitat serangga itu biasanya di area persawahan. 

Meski di Kota Bandung area persawahan tidak begitu banyak, namun tetap saja masyarakat harus mewaspadainya. "Tapi bisa saja menyebar. Karenanya, harus dicegah penyebarannya," katanya. Bentuk kewaspadaan Dinkes ditambahkan Ahyani, yaitu dengan melakukan pemantauan kasus penyakit kulit yang datang ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau balai kesehatan lainnya. "Warga harus mengenal perilaku dan jenis serangga ini karena senang mendekati tempat terang," ujarnya. Disinggung antisipasi bila terkena, Ahyani meminta agar masyarakat tidak menggosok kulit yang terkena cairan yang dikeluarkan tomcat. "Cuci dengan air hangat dan sabun, jangan digosok untuk mengurangi penyebaran," terangnya. Beracun Serangga tomcat mulai ramai diperbincangkan setelah menyerang Kota Surabaya, baru-baru ini. Tomcat atau kumbang rove dikenali juga dengan nama daerah semut semai, semut kayap atau charlie. 

Kumbang ini mempunyai ukuran kurang dari 1 cm panjang. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen, dan kepala berwarna gelap. Bagian tengah abdomen yang berwarna hijau tua mempunyai sepasang sayap keras. Biasanya, kumbang ini kelihatan merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam sekali pandang ia lebih menyerupai semut. Apabila diganggu kumbang ini akan menaikkan abdomen supaya kelihatan seperti kalajengking untuk menakutkan musuh. Hewan tersebut sama sekali tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan otomatis bila bersentuhan atau berbenturan dengan kulit manusia. Gawatnya, tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk atau benda-benda lainnya. 

Dalam tubuh tomcat, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih mematikan dari bisa ular kobra sekalipun. Cairan hemolimf atau toksin ini disebut sebagai aederin. Serangga tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan apabila terjadi sentuhan atau benturan dengan kulit manusia secara langsung. Bisa juga dengan sentuhan tidak langsung melalui handuk, baju atau alat lain yang tercemar oleh racun tomcat tersebut. Itu sebabnya, jika sudah terkena dermatitis, otomatis seprei dan perlengkapannya, handuk maupun alat-alat yang disinyalir terkena racun tomcat harus dibersihkan. Bersentuhan dengan kumbang ini saat merayap atau tidur, menghancurkannya pada badan atau menggosok dengan jari yang kotor, akan menyebabkan konjunktivitis dan penyakit kulit yang parah, yang dikenal sebagai dermatitis linearis. Untuk itu, masyarakat harus waspada jika melihat serangga tomcat. Sebaiknya segera basmi dengan racun serangga atau jika tidak mau repot, bisa memukulnya dengan benda. Tapi dengan catatan, kulit kita atau bagian tubuh kita tidak sampai terkena cairan dari serangga tomcat karena cairannya beracun. 

Belum melihat Sementara itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dipertan) Kota Bandung memastikan saat ini di Kota Bandung belum ada serangan hewan sejenis serangga yang bernama tomcat. Serangga ini kini mulai mewabah di Surabaya. Karena itulah, Dispertan mengimbau warga untuk segera melapor bila ada serangan serangga sebesar semut ini. "Belum ada laporan dari warga soal serangan tomcat di Kota Bandung," ujar Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H) Dispertan Kota Bandung, Sudarmadji, saat ditemui wartawan di kantornya, Jln. Arjuna. Sudarmadji sendiri mengaku belum melihat secara langsung serangga tomcat ini. Serangga ini bentuknya seperti semut, tapi badannya agak panjang serta bersayap. Binatang ini mengeluarkan cairan dan kulit yang terkena cairan akan merah-merah seperti luka bakar.








Bentuk serangganya kecil mungil. Panjangnya kurang lebih satu sentimeter. Postur badannya begitu ramping dan ada bintik kemerahan di bagian ekornya. Serangga berjuluk tomcat itu kerap dikambinghitamkan sebagai penyebab herpes zoster atau dompo
”Yang menyebabkan luka bukan gigitannya, karena tomcat tidak menggigit tetapi cairan racunnya. Itu juga sering salah kaprah,” ujar dr Endra Yustin SpKK. Serangga penyebab dermatitis tersebut dikenal sebagai kumbang family staphylinidae genus paederus yang menghasilkan pederin dan famili meloidae yang dikenal sebagai spanish fly yang menghasilkan kantaridin.



Tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan apabila terjadi sentuhan atau benturan dengan kulit manusia secara langsung. Bisa juga dengan sentuhan tidak langsung melalui handuk, baju atau alat lain yang tercemar oleh racun tomcat tersebut. Itu sebabnya, jika sudah terkena dermatitis otomatis seperti seprei dan uba rampe-nya, handuk maupun alat-alat yang disinyalir terkena racun tomcat harus dibersihkan. ”Dan jika si tomcat ditemukan, jangan dipencet karena percikan racunnya dapat menyebar. Ambil dan masukkan saja dalam kantong plastik, nanti akan mati sendiri,” terang dr Endra.


Berbeda dengan herpes zoster, dermatitis menyerang tanpa pandang bulu. Dari bayi sampai lansia bisa terkena. Bagian tubuh yang terinfeksi juga sesuai dengan tempat menempelnya racun. Khusus yang menyerang bagian tubuh pada daerah lipatan, biasanya akan menempel di kedua bagian lipatan atau disebut kissing phenomen. Termasuk bila digaruk. Luka yang timbul akan mengikuti arah garukan, linier dan panjang.


Untuk pengobatannya sendiri, kata dr Endra juga jangan sampai keliru. Pasalnya karena dianggap sama dengan dompo tak jarang yang diobati dengan obat antivirus baik topikal maupun oral. Penggunaan obat tradisional semacam daun bobokan atau lidah buaya juga kurang dianjurkan. Pasalnya, bisa saja malah menyebabkan alergi. ”Sebab seharusnya diobati dengan obat anti radang dan apapun jenis herpesnya sebaiknya konsultasikan dengan dokter sesegera mungkin,” ujarnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar